Tentang sikap berlawanan dari Mencintai

Sejak kapan kita setuju bahwa lawan kata cinta adalah bukan benci. Apa saat kita tersadar bahwa kita bisa cinta dan benci secara bersamaan? Tapi apakah kita bisa merasakan cinta dan tidak ada rasa secara bersamaan? Saya rasa jawabannya kalau cinta ya cinta saja kalau tidak ada rasa ya tidak ada rasa saja.

Lawan kata dari cinta ini menjadi sangat penting untuk diketahui apa yang benarnya. Karena kita bisa menerapkannya kepada orang yang telah melukai kita secara emosi agar serangan baliknya pun secara emosi pula.

Inspirasi saya hari ini adalah memahami bahwa balas dendam terbaik atas cinta yang tidak dihargai adalah dengan tidak memberikan rasa apapun atau absence of emotion. Ketidakhadiran sama sekali atas rasa apapun alias menarik rasa seluruhnya dengan seketika. Itu sudah penerapan yang terbaik bagi dirinya dan diri kita sendiri.

Bagi dirinya karena dia tidak sepantasnya mendapatkan apa yang seharusnya tidak dia dapatkan. Ibaratnya wadah kecilnya tidak dia perbesar. Tetapi kita tetap mengalirinya cinta maka cinta kita pun akan tumpah sia-sia.Sedangkan bagi diri kita ibarat mata air yang kering karena tidak ada produksi cinta yang terhasilkan, meskipun mata air itu terhasilkan dari sifat biologis kita sendiri. Tetapi akibat motivasi atas dirinya tidak bisa kita lanjutkan. Maka kita akan belajar untuk mencari mata air di wilayah yang lebih baik agar sustainable alias berkelanjutan.

Perumpamaan ini sudah sesuai dengan pendekatan sains di mana hormon oksitosin kita yang banjir selama jatuh cinta seketika surut saat patah hati. Obatnya ya mencari potensi yang bisa memicu hormon oksitosin baru. Tetapi kali ini kita mencarinya dengan memperhatikan karakteristik mata air baru yang lebih baik dari pada mata air lama karena apabila sama dengan yang sebelumnya maka akan sama saja.

Persiapan akan Kepastian

Ketika patah hati, kita akan mempersiapkan diri untuk patah hati berikutnya di hubungan baru. Meskipun patah hati berikutnya bukan sebuah kepastian.

Tetapi mengapa sedikit dari kita yang juga mempersiapkan diri atas hal hal kepastian seperti kehilangan anggota keluarga atau bahkan kehilangan nyawa kalian sendiri. Hal tersebut begitu enggan untuk sekedar dipikirkan karena mungkin takut itu akan segera terjadi.

Saya jadi ingat statement “mempersiapkan diri ketika nanti menghadapi kebenaran bahwa Tuhan itu ada jauh lebih baik daripada tenggelam dalam perbuatan karena meyakini bahwa Tuhan tidak ada.”

Kebenaran tersebut akan tetap ada jika ada. Bukan karena kita memikirkannya. Begitu pula patah hati, kematian, dsj. akan tetap terjadi pada waktu tertentu jika memang harus terjadi pada waktu yang dimaksud. Bukan karena kita memikirkannya.

Mempersiapkan hal seperti ini bukan sekedar sedia payung sebelum hujan tetapi lebih dari itu. Ini seperti berlatih berenang sebelum nanti waktu untuk nyemplung akhirnya tiba.

Otak harus dilatih untuk menghadapi hal seperti kematian yang merupakan sebuah kepastian.

Wahyu habis asharan, 1Nov22

IYC Pitstop Vol.8

image

The great this saturday afternoon is presented by IYC Pitstop Vol.8 at SAE Institute, Pejaten – South Jakarta.
With theme welcoming “Economic Asean Community” challenging and opportunity, my sight is widely open right now. Can’t help to always think how to be #LeadAndAct as Indonesian Youth nowaday. 🙌🙌😎😎🙏🙏